Pages

  • Replace This Text With Your Featured Post 1 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 2 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 3 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 4 Description.

Sabtu, 10 Maret 2012

ayo sempurnakan wudhu

REPUBLIKA.CO.ID, Terkait dengan ibadah shalat maupun membaca Alquran, ada satu hal yang sangat penting dilakukan oleh kaum Muslimin, yakni wudhu.

Namun sayangnya, kalau kita perhatikan, masih banyak orang Islam yang asal-asalan dalam berwudhu. Boleh jadi, bahkan banyak yang tidak sempurna wudhunya. Misalnya membasuh  tagan tidak sampai ke siku, atau membasuh  kaki tapi air tidak masuk ke dalam jari-jari kaki. Padahal, kesempurnaan wudhu merupakan syarat sahnya shalat.

Nah, agar wudhu tersebut sempurna, harus sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Bila wudhu tersebut dikerjakan dengan sempurna, tidak hanya pahala dan sahnya shalat yang didapat, tetapi banyak hikmah kesehatan yang bisa diperoleh.

Buku ini mengupas rahasia di balik ibadah wudhu. Penulis mengutip berbagai hasil penelitian di Barat dan Timur, penulis memaparkan bahwa wudhu mempunyai banyak sekali khasiat terhadap kesehatan seseorang. Baik mencegah datangnya penyakit maupun mengobati penyakit.

Misalnya, wudhu bisa mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan saraf-saraf, dan otot akan menjadi lebih rileks. Selain itu, mengurangi detak jantung dan nyeri-nyeri otot, serta menghilangkan kecemasan, dan insomnia.

Berkumur-kumur saat wudhu membersihkan kuman-kuman yang ada dalam rongga mulut, sekaligus menyegarkan berbagai organ yang ada di wajah. Wudhu juga bisa mencegah kanker kulit.  Wudhu juga berkhasiat menghilangkan berbagai penyakit, seperti kanker, flu, pilek, asam urat, rematik, sakit kepala, telinga, pegal, linu, mata, sakit gigi dan sebagainya.

Pendek kata, tegas penulis, wudhu adalah ibadah yang ringan, namun khasiatnya luar biasa. Karena itu, ayo sempurnakan wudhu kita. Buku tipis halamannya namun tebal manfaatnya itu perlu dibaca oleh semua kalangan umat Islam.

keutamaan 66 sahabat nabi

REPUBLIKA.CO.ID, Para sahabat Nabi SAW adalah suri teladan yang telah mencerminkan segala akhlak dan cita-cita luhur Nabi SAW.
Mereka telah memberikan teladan terbaik bagi kita dengan akhlak mereka yang mulia dan perilaku yang luhur, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Mereka senantiasa memerhatikan semua perbuatan Nabi SAW. Mereka lantas mengikutinya sesuai kadar kemampuan yang mereka miliki sebagai manusia biasa.
Allah SWT telah mengaruniai mereka kemampuan yang sangat luas, sehingga mereka dapat menjadi suri teladan bagi orang-orang yang ingin mengingat Allah SWT dan takut kepada-Nya.

Para sahabat yang selalu menemani dan menyertai Rasulullah SAW telah mendapatkan perhatian yang sangat khusus dari beliau. Mereka diajari etika Islam, dididik seluruh cabang iman, dipersiapkan untuk mengemban dakwah sepeninggal beliau, dan didoakan agar senantiasa mendapatkan kebaikan. Kemudian setelah itu, beliau wafat dalam keadaan ridha terhadap mereka, dan berpesan kepada selanjutnya, agar senantiasa mengikuti jejak mereka.

Oleh karena itu, sangat penting membaca, merenungkan, dan mengambil pelajaran yang terkandung dalam kehidupan para sahabat Rasulullah SAW tersebut. Buku ini memuat keutamaan-keutamaan 66 sahabat Rasulullah SAW. Jilid pertama mencakup empat khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), Zaid bin Haritsah, Usamah bin Zaid, Abdurrahman bin Auf, Ammar bin Yasir Sa’ad bin Muadz, Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzar Al-Ghiffari, hingga Saman Al-Farisi.

Jilid kedua juga memuat 33 sahabat, mulai  dari Hamzah bin Abdul Muthalib “Sang Penghulu Syuhada", Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abu Darda’, Muadz bin Jabal, Hudzaifah ibnu Yaman, Khalid bin Walid, Hasan bin Ali,  hingga Husein bin Ali ‘Sang Pemimpin Para Pemuda di Surga’.

Ada  begitu banyak sisi kehidupan para sahabat tersebut. Namun penulis berusaha membatasi pada sisi-sisi yang sangat dibutuhkan dan penting saja, tidak secara rinci. Hal itu untuk menghindari rasa jemu dan bosan.

Membaca kisah hidup dan perjuangan para sahabat Rasulullah SAW sangat berguna, dan merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan petunjuk (hidayah) Allah SWT. Seperti ditegaskan oleh Rasulullah SAW, “Para sahabatku laksana bintang gemintang. Siapa pun dari mereka yang kalian ikuti, niscaya kalian akan mendapatkan hidayah.”

Mempererat Tali Kerukunan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein

Tindakan anarkis serta kekerasan pada masyarakat sepertinya sudah menjadi cara akhir dalam menyelesaikan segenap permasalahan. Padahal, jika kita renungkan, permasalahan yang terjadi hanya dipicu oleh persoalan sepele.

Memang jika kita jujur, tindak kekerasan terjadi di kota-kota besar dan bahkan di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Baik yang terjadi di masyarakat sipil, Aparat Kepolisian hingga Aparat Negara. Yang kita takutkan adalah, mengutip Ariyanto Nurcahyono dalam artikel ”Kekerasan sebagai fenomena budaya”, yang sangat mengkhawatirkan tindakan kekerasa sudah dianggap suatu kewajaran.

Gejala ini terlihat ketika mayoritas media massa kita senang menayangkan tema-tema kekerasan. Kecenderungan itu berlangsung secara terus-menerus dan setiap saat maka akibatnya manusia menjadi tidak peka bahkan menjadi mati rasa terhadap gejala serta prilaku kekerasan. Ditambah masih adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap Aparat Penegak Hukum.

Jadi cara main ’hakim sendiri’ yang kian marak di masyarakat kita merupakan gejala yang sangat mengkhawatirkan. Padahal ketika masyarakat sudah menganggap wajar tindakan kekerasan maka itu harus dilihat sebagai gejala krisis sosial, krisis kemanusiaan, dan krisis moralitas.

Satu hal yang mungkin dapat dipakai untuk pokok bahan renungan kita semua tanpa kecuali rasa persaudaraan sesama anak bangsa saat ini sudah memudar. Ikatan-ikatan persaudaraan sesama anak bangsa sedikit demi sedikit kian hilang. Egoisme dan fanatisme sempit kian menguat. Sehingga memporak-porandakan ikatan persaudaraan antar sesama warga.

Tali persaudaraan akan tercapai apabila jalinan persaudaraan sesama warga, mahluk ciptaan Allah SWT, terbina. Persaudaraan yang dimaksud bukan hanya sebatas antar sesama muslim akan tetapi dengan seluruh warga masyarakat yang boleh jadi sangat plural. Maka sikap terbuka dan toleran menjadi sebuah keniscayaan. Sebuah ungkapan yang populer namun sering mendapat pemaknaan yang keliru adalah ukhuwah Islâmiyyah. Ungkapan ini sering dipahami sebagai “persaudaraan antar sesama muslim”. Hal ini jelas tidak sesuai dengan Alquran.

Persaudaraan yang diajarkan Alquran tidak sebatas sesama Muslim, namun juga ukhuwah ‘ubudiyyah (persaudaraan dalam ketundukan kepada Allah), ukhuwah insāniyyah/basyariyyah (persaudaraan antar sesama manusia), ukhuwah wathaniyyah wa al-nasab (persaudaraan sebangsa dan seketurunan) dan ukhuwah fī dīn al-Islām (persaudaraan antar sesama). Agar tercipta suatu masyarakat rukun ialah yang terpenting adalah peranan dari pemerintah langsung dan partisipasi masyarakat itu sendiri sehingga terciptanya suatu konsep masyarakat ideal.

Masyarakat rukun juga dipahami segenap tingkah laku manusia yang dianggap sesuai; tidak melanggar norma-norma umum dan adat istiadat serta terintegrasi langsung dengan tingkah laku umum, dan terpenting tidak adanya kekerasan di ranah publik.

Dalam konteks membangun kehidupan masyarakat sipil yang berahlak mulia  dengan prinsip saling menghormati dan saling menghargai adalah dengan mengakui adanya perbedaan suku, agama, keyakinan, etnis dan latarbelakang masyarakat itu sendiri. Termasuk juga menghargai cara pandang dan cara pikir antar satu masyarakat dengan masyarakat lain. Meski berbeda-beda, tetap satu.

Untuk dapat memahami multikulturalisme diperlukan landasan dan pengetahuan yang berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dengan serta mendukung keberadaan dan berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Pendidikan multikultural di sini sangat penting, agar rasa fanatisme tidak berkembang di tengah-tengah masyarakat. Karena patut kita akui, rasa fanatisme berlebihan itu kerap menimbulkan sesama warga saling ejek, saling merendahkan. Akibatnya, terjadi tindak kekerasan yang berujung pada kerusuhan. Rasa fanatisme boleh saja, asal diimplementasikan dalam bentuk karya kreativitas. Misalnya, dengan membuat kerajinan, atau produk-produk unggulan lainnya.

Tentunya melalui pendidikan multikulturalisme menjadi suatu kebutuhan. Pemberian materi-materi multikulturalisme di setiap sekolah bisa menjadi pintu masuk untuk memperkuat fondasi dan ideologi multikulturalisme. Pelajaran multikulturalisme di sekolah-sekolah juga sebagai pencegah terjadinya konflik sosial antar sukubangsa dan tindak kekerasan yang berbau etnis ataupun berbau organisasi etnis. Sehingga warga memiliki kesadaran tanggung jawab sebagai orang warga negara, sebagai warga sukubangsa dan kebudayaannya

Apa Itu Al-A’yan Ats-Tsabitah? (3-habis)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Dalam level atau konsep al-Mumtani’at tidak mungkin dijumpai adanya pertentangan dan paradoks antara satu sifat dan sifat lainnya.
Misalnya antara al-Dhahir dan al-Bathin; al-Awwal dan al-Akhir; serta al-Jalal dan al-Jamal, karena semua itu adalah sifat dari hakikat ketuhanan yang tidak mungkin berada di dalam level aktual.

Sebagai entitas yang berada di level Wahidiyyat, Al-A’yan ats-Tsabitah merupakan sesuatu yang tidak terciptakan (uncreatable). Semua ciptaan (maj’ul) seperti semua jenis alam, termasuk para malaikat, adalah wujud yang sudah aktual (kharijiyyah), karena itu segala yang diciptakan (maj’ul) tidak bisa disebut dengan Al-A’yan ats-Tsabitah.

Konsep Al-A’yan ats-Tsabitah mempunyai beberapa tingkatan. Bermula dari ta’ayyun pertama (al-Ta’ayyun al-Awwal) ialah level Wahidiyyah yang merupakan manifestasi dari Ahadiyyah. Dari kesadaran diri Al-Haq di level Ahadiyyah kemudian melahirkan level Wahidiyyah.

Di level inilah dikenal konsep Al-A’yan ats-Tsabitah yang sebenarnya berbicara banyak tentang form Ilmu Tuhan (Ilmiyyah Al-Haq) yang biasa juga disebut dengan Al-Shuwwar al-‘Aqliyyah dan form tentang nama-nama Tuhan (Al-Asma’ Al-Haq). Dengan menguasai konsep Al-A’yan ats-Tsabitah diharapkan memudahkan kita memahami alam dan diri kemanusiaan kita yang dikenal sebagai makhluk termulia (ahsan taqwim).

Pengenalan diri secara komprehensif dengan sendirinya memungkinkan kita memahami Tuhan secara komprehensif pula. Rasulullah pernah memberikan sugesti kepada kita dengan mengatakan, "Man 'arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu (Barang siapa yang sudah memahami dirinya maka ia sudah memahami Tuhannya)."

Dalam hadits ini, Rasulullah menggunakan fi’il madhi, yang mengisyaratkan pada saat manusia sedang memahami dirinya pada saat itu juga memahami Tuhannya. Jadi, bukan bersifat sequent, memahami diri dulu baru memahami Tuhan. Semoga Allah SWT memudahkan kita memahami diri untuk memahami diri-Nya.

Ribuan Alquran Hasil Gerakan Wakaf Dibagikan

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI – Ribuan mushaf Alquran yang dikumpulkan dari gerakan wakaf sejuta Alquran akhirnya dibagikan, Kamis (1/3) pagi. Gerakan yang diluncurkan sejak akhir November 2011 lalu ini mendapatkan respons positif dari masyarakat.

Dari data Bagian Bina Keagamaan, Pemkab Sukabumi, jumlah Alquran yang terkumpul dari 24 November 2011 sampai 29 Februari 2012 mencapai sebanyak 16.063 eksemplar.

Rinciannya, sebanyak 11.950 eksemplar dititipkan melalui Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukabumi dan sisanya sebanyak 4.113 eksemplar berasal dari Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sukabumi.

"Tahap pertama yang dibagikan mencapai sekitar 6.787 eksemplar Alquran," terang Kepala Bidang Bina Keagamaan, Setda Pemkab Sukabumi, Ali Iskandar, kepada Republika, Kamis (1/3).

Mereka yang mendapatkan distribusi Alquran adalah masjid, organisasi perangkat daerah (OPD), kecamatan, dan pengurus keagamaan. Menurut Ali, ribuan eksemplar Alquran lainnya akan segera didistribusikan kepada masyarakat luas. Khususnya, kepada warga miskin yang kesulitan membeli Alquran biasa maupun terjemahan.

Diterangkan Ali, mushaf Alquran yang terkumpul kebanyakan merupakan Alquran terjemah sebanyak 10.489 eksemplar. Sementara sisanya merupakan Alquran mushaf cetak sebanyak 1.080 dan mushaf Alquran biasa sebanyak 4.494 eksemplar.

Asisten Daerah (Asda) Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Pemkab Sukabumi, Asep Abdul Wasit menambahkan, pemerintah optimistis gerakan wakaf sejuta Alquran akan mencapai target. "Insya Allah dalam satu tahun bisa tercapai," ujarnya.

Asep menerangkan, saat ini pemberian wakaf Alquran kebanyakan berasal dari unsur pegawai OPD Dinas Pemkab Sukabumi. Jumlah Alquran yang terkumpul dari pegawai mencapai sebanyak 5.271 eksemplar atau setara dengan Rp 154.236.000. Sementara sisanya bersumber dari pegawai UPTD Pendidikan Kecamatan sebanyak 4.849 eksemplar, masyarakat umum sebanyak 1.275 eksemplar, dan pegawai kantor kecamatan sebanyak 555 eksemplar.

Landasan Shalat Berjamaah

REPUBLIKA.CO.ID, Shalat adalah bentuk konsekuensi pertama kita setelah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Allah SWT memanggil langsung hamba-Nya tercinta, Rasulullah Muhammad SAW, ke Sidratul Muntaha guna menerima secara langsung perintah shalat. Hal ini berbeda dengan kewajiban ibadah lainnya, yang cukup Allah SWT wahyukan melalui Malaikat Jibril.

Cinta terhadap shalat, bergegas melaksanakannya dan menunaikannya sesempurna mungkin secara lahir dan batin merupakan suatu keharuan. Shalat adalah cermin dari apa yang ada di hati; baik berupa cinta kepada Allah ataupun rindu untuk berjumpa dengan-Nya.

Sedangkan berpaling darinya, bermalas-malasan, menunda-nunda panggilan dan berat dalam melaksanakannya, atau menunaikannya sendirian bukan dengan berjamaah di masjid, tidak berjamaah tanpa uzur, adalah kekosongan hati dari cinta kepada Allah dan sikap acuh seolah tak butuh terhadap apa yang ada di sisi-Nya.

Dewasa ini kerap kita jumpai fenomena yang membuat hati miris. Yakni, banyaknya kaum Muslimin yang meninggalkan atau menunda-nunda shalat berjamaah di masjid, baik karena kebodohannya ataupun berbagai alasan lainnya, terutama mengejar dunia (kesibukan pekerjaan). Padahal banyak sekali hadits Nabi yang menganjurkan bahkan menekankan setiap individu Muslim untuk melaksanakan shalat fardhu berjamaah di masjid.

Buku yang merupakan buah kegigihan para penulisnya mengumpulkan bahan-bahan berserakan dari berbagai kitab ini mengupas fikih shalat berjamaah yang sangat perlu diketahui oleh setiap Muslim. Penulis memulai bukunya dengan membahas shalat ecara etimologi dan terminologi syar’i, dalil disyariatkannya shalat, kedudukan shalat dalam Islam dan kedudukan shalat dibandingkan ibadah lainnya.

Bab-bab berikutnya membahas hal-hal yang berkaitan dengan shalat berjamaah. Misalnya, hikmah disyariatkannya shalat berjamaah, sejarah disyariatkannya shalat berjamaah, imbalan atau ganjaran shalat berjamaah, dan ancaman bagi mereka yang meninggalkan shalat berjamaah tanpa halangan.

Kemudian kriteria Muslim yang diwajibkan shalat berjamaah, batas minimal peserta shalat berjamaah, hukum melaksanakan shalat berjamaah, dan hukum berjamaah dalam shalat Subuh. Penulis juga mengupas tentang menunggu shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, mengerjakan shalat berjamaah setelah lewat waktu, hukum mengikuti shalat jamaah melalui siaran radio atau televisi, hukum shalat jamaah di atas kapal atau perahu, hukum shalat jamaah di atas bus, kereta api dan pesawat terbang, serta hukum shalat jamaah bagi kaum wanita.

Alquran Jadi Kurikulum Wajib di Negeri Ini

REPUBLIKA.CO.ID, Kurikulum Alquran diwajibkan di seluruh negara bagian Punjab, Pakistan, mulai tahun ajaran baru, keputusan ini ditetapkan oleh dewan pemerintah.

IKNA melaporkan, negara bagian Punjab, Pakistan, dalam sidang terbaru mereka menetapkan program segera yaitu pewajiban pengajaran al-Quran untuk para siswa di kawasan ini.
Bimbingan Alquran itu diwajibkan di setiap tingkat pendidikan di Punjab, dan programnya dimulai pada tahun ajaran baru.
Berdasarkan program tersebut, para siswa diwajibkan mengikuti pelajaran membaca Alquran, penerjemahannya ke dalam bahasa Urdu, tafsir, dan juga hafalan Alquran, serta metode dan perluasan Alquran.
Sebelumnya, hanya beberapa surat dalam Alquran saja yang diajarkan akan tetapi setelah penetapan program tersebut, kurikulum Alquran itu mencakup seluruh Alquran.